Posted by : Unknown Selasa, 16 April 2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaedah yang berlaku. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkangagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain yang ada kalanya berupa tulisan dan perkataan, dengan tujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembaca atau pendengar. Sebab itu ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk mencapai kalimat yang efektif. Pertama, penagarang harus mempunyai suatu objek yang ingin dibicarakan, kemudian memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenya secara jelas dan mengembangkan gagasan-gagasan utamanya secara segar jelas dan terperinci.[1] Kedua, ia harus menuangkannya dalam bentuk kalimat yang baik sehingga yang membacanya sanggup mengadakan penghayatan kembali sejelas dan sesegar pada waktu gagasan-gagasan itu pertama kali muncul dalam pikiran pengarang. Bila kalimat-kalimat itu sanggup menciptakan daya khayal dalam diri pembaca atau pendengar seperti apa yang dibayangkan oleh pengarang maka dapatlah dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang mendukung gagasan itu sudah cukup efektif.
Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar. Kalimat yang efektif mamiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Disamping itu, kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca.



BAB II
PEMBAHASAN
a.       Definisi
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Secara umum, kalimat efektif merupakan kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1.      Mewakili gagasan atau perasaan pembicara
2.      Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara
b.      Ciri-ciri kalimat efektif
Efektif atau tidaknya sebuah kalimat bergantung pada keberterimaan kalimat tersebut. Keberterimaan sebuah kalimat ditentukan oleh faktor gramatikal, faktor semantik dan faktor nalar.[2]
1.      Faktor gramatikal
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor gramatikal adalah sebagai berikut:
§  Dalam seminar itu membicarakan masalah kendala pemberantasan korupsi.
Ket                              P                                              O
Kalimat tersebut tidak berterima karena tidak memiliki subjek (S). Untuk menjadikan kalimat tersebut berterima, maka dapat dilakukan dengan memberikan sebuah subjek (S), Misalnya kata kami. Sehingga menjadi :
§  Dalam seminar itu kami membicarakan masalah kendala pemberantasan korupsi.
Ket                     S             P                                        O
§  Mereka menyapa dengan sangat ramah.
S          P                      Ket
Kalimat tersebut  tidak berterima secara gramatikal karena tidak ada fungsi objek (O). Untuk menjadikannya berterima maka harus memberi sebuah objek (O), misalnya kata kami. Sehingga menjadi :
§  Mereka menyapa kami dengan sangat ramah.
S          P          O                     Ket

§  Mereka sudah diperingati untuk tidak tinggal di bantaran kali ciliwung, tetapi mereka membandel, sampai akhirnya mereka habis disapu banjir.
Kata diperingati secara gramatikal bermakna ‘ dibuat ingat pada’ dan secara konteks bermakna ‘dirayakan’. Sedangkan kata diperingatkan secara gramatikal bermakna ‘dibuat ingat akan’ yang secara konteks bermakna ‘diancam’. Jadi kalimat diatas seharusnya diubah menjadi :
§  Mereka sudah diperingatkan untuk tidak tinggal dibantaran kali ciliwung, tetapi mereka membandel, sampai akhirnya mereka habis disapu banjir.
2.      Faktor sematik
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor sematiknya adalah sebagai berikut:
§  Kali ciliwung yang membelah kota jakarta bermuara di samudera indonesia.
Kalimat ini tidak berterima secara sematik karena kesalahan faktual. Kali ciliwung bukan bermuara di samudera indonesia melainkan di laut jawa. Jadi seharusnya berbunyi:
§  Kali ciliwung yang membelah kota jakarta bermuara di laut jawa.
§  Siti bertanya kepada ibunya, “bu, apakah kamu mau mengantar saya ke sekolah?”
Kalimat ini tidak berterima secara sematik karena kesalahan sosial (salah menggunakan kata kamu). Kata kamu memang merupakan kata ganti untuk orang kedua, tetapi digunakan pada kata ibu yang secara sosial dalam istilah kekerabatan harus dimuliakan. Jadi seharusnya berbunyi:
Siti bertanya kepada ibunya, “bu, apakah ibu mau mengantar saya ke sekolah?”
§  Minggu lalu kami bertemu paus.
Adapun kalimat ini bermakna ambigu/ ganda. Kalimat tersebut bisa bermakna:
-          Bertemu sejenis ikan yang disebut paus.
-          Bertemu pimpinan tertinggi agama katolik di roma yang juga disebut paus.
Oleh sebab itu kalimat ini kekurangan konteks, dan harus dilengkapikonteksnya agar maknanya menjadi jelas. Contoh:
-          Minggu lalu ketika berkunjung ke roma, kami bertemu dengan paus.
-          Minggu lalu ketika berlayar di lautan itu, kami bertemu dengan paus.
3.      Faktor nalar
Contoh kalimat yang tidak berterima karena faktor nalarnya adalah sebagai berikut:
§  Kalau tidak ada polisi yang jaga, kita boleh saja melewati jalan pintas itu, orang lainpun melakukan hal yang sama.
§  Sewaktu mengendarai sepeda motor, kamu boleh saja tidak memakai helm sebab orang lain juga tidak memakai helm.
§  Semua karya sastranya tidak boleh dibaca karena dia terlibat dalam tindak pidana korupsi.
Kalimat-kalimat diatas tidak berterima karena alasan yang diberikan tidak mengenai pokok masalahnya melainkan mengenai orangnya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © AHMAD RIFA'I - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -